Pewahyuan dan Otoritas Perjanjian Lama

Yesus dan rasul-rasul dalam berkhotbah sering mengambil ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama, tetapi kadang-kadang kita sering mengabaikan tentang pengajaran Yesus dan rasul-rasul mengenai Perjanjian Lama. Jika Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan yang diinspirasikan, dan dengan bukti keilahian-Nya maka hal ini menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Tuhan dalam bentuk tulisan.

Pengajaran Perjanjian Lama mengenai otoritasnya

Sejak awal sekali, Perjanjian Lama yang diberikan melalui Musa diperlakukan suci dan diletakkan dalam tabut Tuhan (Ulangan 10:2) kemudian diletakkan dalam Bait Allah (1 Raja-raja 8:9). Tulisan yang bersifat nubuat juga diletakkan dalam kumpulan tulisan tersebut (Yosua 24:26; 1 Samuel 10:25). Musa menyatakan bahwa tulisan-tulisannya berasal dari Tuhan (Keluaran 20:1; Imamat 1:1; Bilangan 1:1; Ulangan 1:3), dan bagian selanjutnya dari Perjanjian Lama mengenali otoritas Tuhan dalam tulisan Musa (Yosua 1:7-8; 1 Samuel 12:6; Daniel 9:11; Nehemia 13:1). Setelah Musa, muncul nabi-nabi yang meneruskannya dan mempunyai pernyataan "Berfirmanlah Allah". Pada hampir bagian akhir sejarah Perjanjian Lama, kumpulan tulisan-tulisan itu disebut sebagai buku dari Musa dan nabi-nabi yang memiliki otoritas Tuhan (Daniel 9:2; Zakaria 7:12).

Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Perjanjian Lama

Dengan berbagai cara, Yesus dan para penulis Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan. Kadang-kadang mereka berbicara mengenai Perjanjian Lama secara keseluruhan, dalam kesempatan lain mereka berbicara mengenai bagian tertentu bahkan mengenai kata tertentu, tata bahasa, atau bagian dari kata yang memiliki otoritas Tuhan.

a. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Tuhan dalam Perjanjian Lama secara kesuluruhan

2 Timotius 3:16 menyatakan 'Segala tulisan yang diilhamkan Allah' yang mengacu kepada keseluruhan Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru juga menyebut Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci, misal Yesus mengatakan 'Kitab Suci tidak dapat dibatalkan' (Yohanes 10:35), 'kamu tidak mengerti Kitab Suci' (Matius 22:29).
Paulus menyebut Perjanjian Lama sebagai firman Allah (Roma 3:2).
Perjanjian Lama disebut sebagai hukum Taurat yang berotoritas (Yohanes 10:34; Yohanes 12:34).
Kalimat 'Apa yang tertulis dalam hukum Taurat harus digenapi' (Matius 5:17; Lukas 24:44) menunjukkan otoritas Tuhan dari Perjanjian Lama.

b. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai bagian tertentu dari Perjanjian Lama

Biasanya Perjanjian Lama dibagi menjadi 2 : Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi. Hukum Taurat adalah 5 buku pertama yang ditulis Musa . Hukum Taurat ini disebut oleh Perjanjian Baru sebagai perkataan Allah (2 Korintus 3:15; Kisah Para Rasul 13:39; Markus 12:26). Perkataan nabi-nabi dimasukkan sebagai bagian selanjutnya Perjanjian Lama (Yohanes 1:45; Lukas 18:31).
Dalam 2 Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa tulisan nubuat berasal dari Tuhan, "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah".

c. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Tuhan pada bagian tertentu Perjanjian Lama

Yesus dan para penulis Perjanjian Baru tidak mengutip setiap kitab dalam Perjanjian Lama, tetapi saat mereka mengutip bagian tertentu tersebut mereka melihatnya sebagai kitab yang mempunyai otoritas Tuhan.

Yesus sendiri mengutip Kejadian (Matius 19:4-5), Keluaran (Yohanes 6:31), Imamat (Matius 8:4), Bilangan (Yohanes 3:14), Ulangan (Matius 4:4), 1 Samuel (Matius 12:3-4).
Kemudian Ia berbicara mengenai peristiwa yang mengacu 1 Raja-raja (Lukas 4:25), 2 Tawarikh (Matius 23:35).
Mazmur banyak dikutip Yesus (Matius 21:42; Matius 22:44), Amsal dikutip dalam Lukas 14:8-10, Yesaya (Lukas 4:18-19), Daniel (Matius 24:21), Zakaria (Matius 26:31).

Penulis Perjanjian Baru mengutip Yosua (Ibrani 13:5), Yeremia (Ibrani 8:8-12), Kejadian (Galatia 3:6), Ulangan (Galatia 3:10), Habakuk (Galatia 3:11), Imamat (Galatia 3:12), Mazmur (Ibrani 5:5,6), Yesaya (1 Petrus 1:24-25).

Kutipan-kutipan ada yang didahului "tertulis", "supaya digenapi", "hingga bumi dan langit berlalu" (Matius 5:18), "kamu salah, jika kamu tidak percaya" (Matius 22:29), bahkan "Tuhan berfirman" (Matius 15:4). Pendek kata apa yang tertulis di Perjanjian Lama diperlakukan sebagai perkataan-perkataan Tuhan.

d. Pengajaran Perjanjian Baru tentang kebenaran peristiwa-peristiwa sejarah dituliskan di dalam Perjanjian Lama

Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru tidak hanya mengutip Perjanjian Lama sebagai tulisan yang diwahyukan, tetapi juga mengajarkan kebenaran peristiwa-peristiwa yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengajarkan penciptaan Adam dan Hawa (Matius 19), banjir zaman Nuh (Lukas 17:27), Yunus dan ikan besar (Matius 12:40), Mujizat Elia (Lukas 4:25), dan mujizat Musa di padang gurun (Yohanes 3:14, Yohanes 6:32).
Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru menegaskan kebenaran peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian Lama, dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
- penciptaan (Yohanes 1:3)
- manusia jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12)
- pembunuhan Abil (1 Yohanes 3:12)
- banjir zaman Nuh (Lukas 17:27)
- Abraham dan nenek moyang (Ibrani 11)
- penghancuran Sodom dan Gomora (Lukas 17:29)
- pengorbanan Iskak (Ibrani 11:17)
- Musa dan semak yang menyala (Kisah Para Rasul 7:30)
- keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir (1 Korintus 10:1-2)
- mujizat pemeliharaan Tuhan melalui manna (1 Korintus 10:3-5)
- peninggian ular tembaga (Yohanes 3:14)
- jatuhnya kota Yeriko (Ibrani 11:30)
- mujizat Elia (Yakobus 5:17)
- hakim-hakim yang terkenal (Ibrani 11:32)
- raja-raja (Matius 12:41-42)
- Daniel di kandang singa (Ibrani 11:33)
- penolakan nabi-nabi Perjanjian Lama (Matius 23:35).

Dengan penjelasan ini, maka disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Perjanjian Lama adalah peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi.

e. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai kata dan bagian dari kata Perjanjian Lama sebagai sesuatu yang memiliki otoritas.

Yesus mengatakan dalam Matius 5:18, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi."
Jadi Perjanjian Lama adalah punya otoritas hingga sampai bagian terkecilpun.

Sifat pewahyuan Perjanjian Lama

Diwahyukan berarti suci (Yohanes 10:35, 2 Timotius 3:15), dinafaskan oleh Allah (2 Timotius 3:16), digerakkan oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:20-21).

Pewahyuan bersifat verbal

Pewahyuan bersifat verbal berarti setiap kata diwahyukan. Dalam Keluaran 24:4, " Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu". Daud berkata: " firman-Nya ada di lidahku"(2 Samuel 23:2). Yeremia diperintahkan untuk "Janganlah kaukurangi sepatah katapun" (Yeremia 26:2). Yesus berulang kali menyatakan Perjanjian Lama mempunyai otoritas dengan mengatakan "ada tertulis... ada tertulis" (Matius 4:4,7). Paulus menegaskan bahwa "perkataan diajarkan oleh Roh" (1 Korintus 2:13). Dan 2 Timotius 3:16 menyatakan bahwa tulisan-tulisan Perjanjian Lama diwahyukan oleh Tuhan.

Pewahyuan secara lengkap

Yesus mengajarkan bahwa seluruh Perjanjian Lama diwahyukan Tuhan. Segala tulisan termasuk tulisan Musa dan para nabi berasal dari Tuhan (Matius 5:17,18) dan harus digenapi (Lukas 24:44). Paulus menambahkan bahwa segala sesuatu dalam Perjanjian Lama ditulis supaya menjadi pelajaran (Roma 15:4). 2 Timotius 3:16 mengajarkan bahwa 'Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran'.

Pewahyuan memiliki otoritas

Otoritas dari pengajaran Alkitab berasal dari perkataan atau firman Tuhan (Roma 3:2). Yesus berkata mengenai otoritas Perjanjian Lama, "Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" (Yohanes 10:35). Yesus menegaskan otoritas Perjanjian Lama dengan berulang kali memakai mengutip Perjanjian Lama dalam pengajaran-pengajaran-Nya (Matius 22:29, Markus 9:12). Yesus melawan pencobaan iblis juga dengan 'ada tertulis' (Matius 4:4,7). Firman Allah dalam bentuk tulisan inilah yang menjadi pegangan/otoritas dalam menyelesaikan segala perselisihan mengenai pengajaran maupun hal-hal praktis.

Pewahyuan berarti bahwa segala pengajaran Perjanjian Lama adalah selalu benar. Yesus percaya bahwa Firman Tuhan adalah benar (Yohanes 17:17) dan penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa Tuhan tidak bisa berdusta (Ibrani 6:18). Yesus mengajarkan bahwa setiap 'iota' dan titik dari Perjanjian Lama berasal dari Tuhan. Dengan dengan demikian maka setiap pengajaran dan penulisan Perjanjian Lama adalah selalu benar, tanpa ada satu kesalahanpun.

Kesimpulan

Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan sehingga Perjanjian Lama adalah tulisan yang mempunyai otoritas. Karena Yesus adalah Tuhan (lihat Keilahian Yesus Yesus), apa yang Yesus ajarkan adalah firman Tuhan. Dengan demikian atas dasar otoritas Yesus sebagai Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa Perjaniian Lama dengan segala pengajaran, peristiwa sejarah dan mujizatnya adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan.

Banyak bukti lain bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, seperti nubuat yang digenapi , kesatuan yang menakjubkan, kualitas moral yang sangat tinggi, tersebar secara luas ke seluruh penjuru dunia, dan kekuatannya yang dinamis mengubah manusia.

Bagaimana anda memandang Alkitab? Seberapa anda sudah membaca, memahami dan taat kepada Firman Tuhan yang sudah dituliskan buat anda ini?

Sumber:
Geisler, Norman L., Christian Apologetics, Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49516.

Miriam Santoso, Bibliologi - Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang.

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia 1999.